Awalnya malu juga untuk menceritakan hal ini. Malu karena perkara seperti saya ini, bisa jadi hanya perkara kecil yang kadarnya hanya setetes dari keringat yang sudah pernah dikeluarkan sesepuh TDA, macam Pak Rawi, Pak Choirul, Pak Syamsu, dan sesepuh TDA lainnya. Tapi karena saya belum bisa menebar rahmat, maka saya baru bisa menebar rasa deg-degan saya ketika lagi action…(maklum, AMPHIBI….)

Selama ini saya mungkin terlalu banyak makan buku teori-teori bisnis yg saking hafalnya di luar kepala, sampai tidak bisa saya praktekkan di lapangan. Ceritanya, semalam tadi saya coba action, menawarkan kerupuk kemplang saya untuk dititipkan di sebuah warung grosiran dekat rumah saya (tuh khan, saking Amphibi-nya, prospek konsumen dekat rumah saja, baru bisa di follow up sekarang…terlalu!!!).
Karena memang tadinya mau silaturahmi ke rumah teman, saya kepikiran untuk sekalian menawarkan kerupuk kemplang saya ke warung yang sudah saya incar dari sejak pertama kali berbisnis kerupuk ini. Singkat cerita, saya ijin dulu ke teman saya untuk keluar sebentar. Tapi saya tidak bilang ke teman saya tadi kalau saya mau ke warung grosir depan rumahnya untuk menawarkan kerupuk (karena malu + gengsi…hehe).
Setelah saya keluar dan berjalan ke arah warung, disana ada seorang bapak yang saya kenal, beliau yang sering jaga toko itu. Akhirnya saya membuka pembicaraan. “Pak, saya mau nitipin dagangan kerupuk saya di sini, boleh gak Pak???”. Dengan wajah agak masem & tidak memandang saya, si Bapak tadi bilang, “kerupuk apaan?”. “Kerupuk kemplang Pak, macem kerupuk Palembang…” jawab saya agak gemetar, karena tidak biasa menawarkan barang. “Duh gimana ya, coba aja deh masuk ke dalam…” jawab si Bapak tadi, sambil memberi kode kepada saya untuk masuk ke dalam warung. Ketika saya sudah masuk, disana ada seorang lelaki muda sedang membereskan barang-barang dagangan warung. Ketika lelaki tadi menanyakan maksud kedatangan saya, saya bilang bahwa saya mau menitipkan kerupuk kemplang dengan sistem konsinyasi. Kemudian lelaki itu teriak, memanggil seseorang. Ketika saya perhatikan kemana lelaki muda tadi berteriak, perlahan saya lihat ada seorang ibu yang keluar, menghampiri saya.
Langsung saja, perasaan tegang, deg-degan tidak karuan semakin kencang. Ibu tadi kemudian menanyakan barang apa yang mau dititipkan. “Bu, saya punya kerupuk kemplang dari ikan tenggiri, mirip kerupuk palembang. Rasanya enak dan gurih”. Belum apa-apa, si Ibu tadi sudah bilang “Waduh..maaf ya Mas, kayanya gak bisa deh…soalnya tempat kitanya sudah penuh, bingung nyimpennya dimana…”. Dep…mentok sudah pikiran saya, mau bilang apa lagi, saya bingung.
Terus saya bilang “Lha Bu, ini mah kan bisa digantung juga, lagian juga gak akan nyempitin tempat di warung Ibu…”. Setelah saya coba cerita ngalor-ngidul, ditambah suara agak gemetaran (terasa sekali getaran suaranya), mencoba ber-improvisasi mengenai kerupuk kemplang ini. “Saya khawatirnya kerupuknya gak laku, khan gak enak juga sama Mas-nya…” demikian alasan yang keluar dari si Ibu warung tadi. Saya bilang “Ah Ibu…klo yg namanya rugi mah dah biasa bwt orang dagang mah…”. “Iya sih…makanya Ibu khawatir. Tapi ya udah deh, Ibu ngambil yang bungkus kecilan aja, biar anak-anak yg jajannya juga gampang, tinggal ngambil…”. “Oke deh Bu, saya titip yang kecil aja dulu ya. Nanti tiap minggu saya cek ke sini. Lagian juga rumah saya deket, di belakang sini. Makasih ya Bu…”.
YES…akhirnya berhasil juga saya nawarin kerupuk saya, demikian saya bilang dalam hati. GEMBIRA?? Pastinya. Tak lupa syukur Alhamdulillah & senyum manis keluar dari bibir saya. Akhirnya saya kembali ke rumah teman saya dan menceritakan apa yang telah saya alami tadi dengan senang.

Note : Setelah saya pulang dari rumah saya, saya segera meng-evaluasi ucapan saya ketika menawarkan tadi. Ternyata menurut saya ada yang salah. Ketika saya bilang “Ah..rugi mah dah biasa bwt orang dagang…”, seharusnya saya tidak bilang seperti itu, karena itu menandakan saya pesimis. Seharusnya saya bilang, “Makanya Bu, saya do’a in biar kerupuk saya & dagangan saya laris…”.
Tapi tak mengapa, ini akan jadi perbaikan selanjutnya ketika saya menawarkan. Yang penting, dagangan saya LARIS….Alhamdulillah.